Yeup, setidaknya itu yang terjadi padaku. Untuk membaca versi lengkapnya silahkan lihat Get Rid of Nerve Pain [Sciatic] with This. Sekitar bulan Oktober tahun 2011 secara tiba-tiba kaki kiriku rasanya sakit, tulangnya seperti mau patah ketika mencoba diluruskan untuk berdiri sehabis duduk dan sebaliknya. Sakitnya mulai dari (maaf) pinggir pantat sampai mata kaki. Berbagai cara dicoba, dengan menggunakan gel pereda sakit otot sampai berendam dalam air hangat bercampur garam.
Setelah beberapa minggu sakitnya tak kunjung hilang berobatlah ke dokter di RS swasta terkenal dan dokter tersebut “memaksakan” diagnosanya bahwa saya terkena varises. Dengan pertimbangan tidak ada riwayat penyakit varises dalam keluargaku.. kuputuskan mencoba peruntungan ke dokter lain dan mendapat diagnosa yang berbeda, dokter tersebut menyatakan bahwa otot upper dan hamstring-ku robek sehingga harus dilakukan terapi. Diagnosa kedua ini cukup masuk akal mengingat dulu sering melakukan hiking dan latihan wusyu, walau kalau diingat-ingat saya belum pernah jatuh ataupun cedera.
Selama 9 bulan kujalani terapi otot (setrum listrik dan USG) namun perkembangannya hampir tidak ada. Akhirnya kubiarkan saja sampai beberapa tahun dan sakitnya lambat laun sedikit mereda. Tiba-tiba di awal November 2015 bagian bawah punggungku sakit sekali sampai sulit untuk bangun dari tempat tidur. Selang beberapa hari setelahnya sakitnya makin parah sampai-sampai setelah duduk badannya tidak bisa diluruskan dengan cepat, seperti orang yang terkena osteoporosis. Dengan terpaksa mencoba berbagai jalan alternatif dan suatu hari seorang sinshe yang mengobatiku memberitahu kalau sakit kaki yang kuderita penyebabnya berasal dari tulang punggungku ini.
Setelah melakukan riset, ternyata saya terkena sciatica. Pergilah saya ke RS swasta yang lain dan dokter yang memeriksaku tidak percaya dengan apa yang kukatakan (karena background-ku bukan dokter), ia lalu minta untuk melakukan X-ray. Walhasil… tentu saja tidak bisa terdeteksi melalui itu. Akhirnya dirujuklah ke RS yang bisa melakukan MRI. Hasil akhir menunjukkan tulang punggung bagian L5-S1 ku bermasalah (terkena #HNP/herniated disk sehingga menekan syaraf sciatic).
Setelah mendengar hasilnya yang menyedihkan sebenarnya bukan itu, tetapi mengetahui bahwa penyakit yang orang bilang syaraf kejepit ini tidak bisa sembuh bahkan melalui operasi. Salah seorang dokter senior bilang padaku walau dilakukan operasi sekalipun (ke Singapore) hanya 75% nilai kesembuhannya, dengan resiko kegagalan 50:50 (lumpuh). Alternatif lain dengan biaya murah, yakni disuntik semen dan harus ke Beijing… tapi resikonya punggung tidak akan bisa elastis lagi.
Membaca berbagai referensi dan berdiskusi dengan orang-orang yang pernah mengalami syaraf kejepit, akhirnya langkah pertama yang kuambil mulai lagi latihan renang untuk memperkuat otot punggung. Di malam hari lanjut latihan stretching back up sebelum tidur (hitungan 10 detik sebanyak 3x).
Percaya atau tidak, penyakit dunia ini berasal dari pikiran, sedangkan pemicunya adalah aktivitas kita sehari-hari.
Pada hari ulang tahunku di tahun 2016 saya berkata pada diriku sendiri bahwa saya ingin sembuh. Akhirnya kuambil langkah berpuasa selama 40 hari sambil menjalani Doa Novena Tiga Salam Maria. Dalam doaku, Roh Kudus memberi tahu apa penyebab sakitku ini; luka batin yang tersimpan selama bertahun-tahun sejak saya dikandung (dalam rahim). Sampah (kebencian, kemarahan, sakit hati, dll.) yang tersimpan dalam hati semakin lama menumpuk menjadi berat, sehingga tulang belakangku tidak kuat lagi untuk menahannya.
Singkat cerita kucoba mencari berbagai cara agar luka batinku sembuh, mulai dari retret penyembuhan luka batin, KRK sampai Young Woman, tetapi tetap saja ada lapisan-lapisan yang belum terkelupas sehingga 35% sakitnya masih ada. Lalu setiap Ekaristi kupercayai bahwa Hosti yang kuterima adalah tubuh Yesus yang akan menggantikan bagian tubuhku yang rusak.
Tahun 2017 saya teringat sebuah cerita dari Alkitab tentang seorang wanita yang telah mengalami pendarahan selama dua belas tahun dan imannya telah menyembuhkannya (Markus 5: 25–34). Akhirnya saya mulai berpuasa lagi seperti apa yang kulakukan tahun sebelumnya dengan Novena pada Hati Kudus Yesus.
Berbulan-bulan setelah itu seorang teman menghubungiku, ia bertanya apakah saya mau mencoba bergabung dengan kelas meditasi. Yach, pantas untuk dicoba pikirku (karena saya memiliki insomnia sejak sebelum masuk Kindergarten), jadi kuterima undangannya. Saya bergabung dengan kelas insentif selama 1 minggu dan merasakan perubahan luar biasa.
Kelas meditasi ini disebut Mindfulness — pikiran bahagia. Mengajarkan kita untuk menyadari napas kita dalam setiap kegiatan , belajar untuk memaksimalkan fungsi panca indera dan belajar untuk bersyukur atas hidup kita/apa yang telah kita terima (baik atau buruk). Bernapaslah dengan damai dan rukun dengan masa lalu kita. Melihat setiap gambaran buruk dan menerimanya, juga memaafkan kesalahan yang telah dibuat.
Saat bermeditasi, wajah harus tersenyum.. sehingga perasaan senang muncul. Perasaan bahagia akan merangsang pelepasan Endorphin (Endogenous Morphine) — kebalikan dari Cortisol (hormon stress yang dapat merusak tubuh). Hormon endorfin ini akan membantu tubuh untuk menghilangkan rasa sakit, mengurangi stres, meningkatkan kekebalan dan suasana hati serta zat anti-penuaan.
Waktu yang disarankan untuk meditasi adalah setidaknya 2 jam sehari, dapat dibagi menjadi 30 menit di pagi hari, 30 menit di sore hari dan 1 jam di malam hari. Meditasi dapat dilakukan dengan duduk bersila, berjalan perlahan, bahkan ketika makan/minum. Ini musik yang kugunakan dalam bermeditasi.
Yang harus diperhatikan… tidak semua orang berubah setelah meditasi; juga tiap orang memiliki respon berbeda pada setiap pengobatan. Jika tidak bisa bersabar, berdamai dengan semua situasi dan belajar untuk menerima, akan sulit untuk pulih. Btw, meditasi ini tidak hanya membantu menghilangkan sakit saraf kejepit, tetapi juga kanker dan penyakit lainnya. Semoga kisah ini dapat membantu.
Always forget what you give, but never forget to forgive.
Dengarkan lagu-lagu lainnya di channel ini.